“Saya bosan dengan permasalahan keluarga, karena sangat sering
muncul masalah yang berulang. Dulu pernah kami selesaikan, dan ternyata
sekarang muncul lagi”, kata Novi, seorang ibu rumah tangga.
Begitulah sifat persoalan keluarga. Ada sangat banyak
permasalahan kecil dan renik, dan sering terjadi secara berulang. Hal ini
karena corak interaksi dalam kehidupan keluarga yang unik dan spesifik, sangat
berbeda dengan “orang kantoran” yang bekerja dengan sebuah standar operasional
tertentu, pada waktu tertentu. Sementara di rumah, sangat banyak jenis urusan,
dari yang sangat renik hingga urusan yang sangat penting dan strategis, dengan
waktu yang tak terbatas.
Interaksi kita berulang, cerita kita berulang, tingkah laku kita
berulang, dan muncullah permasalahan yang juga berulang. Isteri yang memerlukan
waktu lebih banyak untuk persiapan sebelum bepergian, karena waktu mandi yang
lebih lama, bersolek, berdandan, mengenakan pakaian, semua memerlukan waktu
yang lebih lama dari suami. Sudah sangat sering suami mengingatkan agar
isterinya bersiap lebih awal sehingga tidak tergesa-gesa dan tidak terlambat
berangkat.
Namun kejadian sering berulang. Budi sudah menunggu di mobil, gelisah, mengirim sms, membaca koran, Novi –sang isteri yang cantik– belum segera datang. Ia bunyikan klakson mobil berulang, agar Novi segera datang. Beberapa saat kemudian, tampak sang isteri yang telah berdandan cantik dan wangi, keluar dari rumah menuju mobil yang sudah siap berangkat di depan rumah.
Namun kejadian sering berulang. Budi sudah menunggu di mobil, gelisah, mengirim sms, membaca koran, Novi –sang isteri yang cantik– belum segera datang. Ia bunyikan klakson mobil berulang, agar Novi segera datang. Beberapa saat kemudian, tampak sang isteri yang telah berdandan cantik dan wangi, keluar dari rumah menuju mobil yang sudah siap berangkat di depan rumah.
Wajah Budi sudah sangat cemberut dan tidak mengenakkan, karena
memendam rasa jengkel terlalu lama menunggu di dalam mobil. Saat Novi masuk ke
mobil dan duduk di sampingnya, dengan wajah geram Budi langsung menginjak pedal
gas kencang-kencang sehingga mobil melaju cepat. Rasanya tidak enak, karena
mobil berjalan terlalu cepat, dan Novi mengetahui ini karena Budi sedang
badmood. Ingin mengekspresikan kemarahannya.
“Sudah berulang aku katakan, kalau bersiap itu lebih awal.
Jangan mepet waktunya. Kamu mandi saja perlu dua jam. Selalu saja terlambat
berangkat”, gumam Budi.
“Kamu enak saja bicara. Kamu tidak peduli dengan urusan rumah.
Mau pergi, langsung pergi begtitu saja. Aku tidak bisa. Kamu lihat dari pagi
aku tidak istirahat. Setelah menyiapkan keperluan anak-anak untuk sekolah, aku
langsung bersih-bersih dapur. Aku tidak bisa pergi dalam kondisi dapur
berantakan. Dapur harus bersih dulu”, jawab Novi tidak kalah ketus.
“Kamu kan bisa menghitung waktu, berapa lama untuk membersihkan
dapur dan untuk bersiap pergi. Kamu ngerti hitungan jam nggak sih?” semakin
tinggi nada bicara Budi.
“Sebenarnya ada cara yang lebih cepat untuk bersiap. Yaitu kamu
bersihkan dapur yang kotor. Kalau kamu lakukan itu, pasti aku gak pernah
terlambat. Dari dulu aku sudah bilang seperti ini, tapi kamu gak pernah
peduli”, Novi tak mau kalah.
“Kamu selalu saja mempersoalkan urusan membersihkan dapur. Aku
kan sudah bilang, cari saja pembantu. Sampai sekarang kamu gak bisa nyari
pembantu kan?” jawab Budi.
“Makanya karena kita belum punya pembantu, kamu harus membantu
aku membereskan dapur, agar aku bisa segera bersiap pergi”. Novi masih saja
terus membantah.
Kenyatannya, pertengkaran seperti ini selalu terjadi. Novi
merasa capek, lelah, karena Budi tak mau mengerti. Budi merasa jengkel, karena
Novi tidak pernah berubah. Berulanglah pertengkaran dan pertengkaran itu.
Berdamailah dengan Permasalahan Berulang
Kenyataannya, masalah-masalah seperti itu selalu muncul. Suami
merasa sudah sangat sering mengingatkan isterinya agar tidak terlambat
berangkat. Namun kenyataannya, tetap sering terlambat. Isteri merasa sudah
sering meminta suami untuk membantu membersihkan dapur, namun kenyataannya
tidak pernah dilakukan. Akhirnya selalu saja terjadi pertengkaran, yang bermula
dari sebab yang sama.
Setahun yang lalu mereka bertengkar tentang keterlambatan. Hari
ini terulang lagi, dan kelak akan terjadi lagi. Tuduhan yang sama, jawaban yang
sama. Pertengkaran yang sama, kekesalan yang sama, kejengkelan yang sama, dan
tidak terjadi kesimpulan apa-apa. Berulang lagi dan akan berulang lagi.
Karena itu sesuatu yang rutin terjadi, karena interaksi anda
terjadi setiap hari, maka berdamailah dengan kenyataan yang berulang tersebut.
Jangan dibuat pusing dan bingung atas berulangnya permasalahan, karena pasangan
anda memang orang yang sama, pertemuan dan komunikasi anda adalah dengan orang
yang sama, maka corak permasalahannya cenderung berulang.
Jangan menghabiskan waktu untuk membingungkan atau memperuncing
hal-hal sama yang terjadi di keluarga kita. Karena jika hal-hal kecil tersebut
disikapi dengan kejengkelan, akan merusak suasana. Budi dan Novi akhirnya pergi
dengan suasana hati yang rusak. Mereka tidak bepergian dengan gembira, namun
dengan pertengkaran yang membuat suasana hati menjadi kecewa. Ini pasti
berpengaruh terhadap kualitas hubungan mereka dan berpengaruh pula terhadap
kualitas kerja.
Berdamailah dengan kondisi-kondisi tidak ideal yang selalu anda
temukan dalam kehidupan keluarga. Pasangan anda hanyalah manusia biasa, yang
memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Pasangan anda bukanlah orang
sempurna, ia hanya manusia yang memiliki sejumlah keterbatasan. Oleh karena itu
suasana saling menjaga, saling membantu, saling memahami, saling mengerti,
saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mengisi, saling memberi, harus
terus menerus terjadi.
Jika suasana “saling” itu anda rawat dengan baik, anda tidak
akan terjebak dalam kebingungan menghadapi persoalan yang berulang dalam
keluarga.
Oleh : Cahyadi Takariawan
Ref : http://wonderful-family.web.id/
Image :http://dewi-dewiku.blogspot.com