Cinta mempunyai hierarki, dan ternyata hierarkinya sangatlah luas. bagaimana Islam mengatur? Artikel Ust Anis Matta ini bagus sekali untuk mengingatkan hierarki cinta kita...
==**==
“Aku mencintaimu wahai Rasulullah melebihi
cintaku pada semua yang lain, kecuali diriku sendiri.” Begitu Umar bin Khattab
berkata pada Rasulullah saw. Ia hendak menyatakan cintanya pada Sang Rasul.
Dengan caranya sendiri. Tapi ia tidak menduga kalau jawaban Sang Rasul justru
berbeda sama sekali. Tidak! Wahai Umar! Sampai aku lebih engkau cintai daripada
dirimu sendiri, jawab Rasulullah saw.
Itu ciri utamanya. Hirarki. Cinta misi
berawal dan berujung pada satu dan hanya satu nama: Allah Subhanahu
Wataala. Tapi Allah yang awal dan akhir dari semua cinta berkata pada Nabi
dan kekasih-Nya, Muhammad saw: “Katakanlah pada mereka, jika kamu mencintai
Allah, maka ikutilah aku.” Maka cinta pada Allah harus turun pada cinta kepada
Rasul-Nya, Muhammad saw. Tapi cinta pada manusia saw mengharuskan kita
mencintai semua manusia yang telah beriman kepadanya, khususnya para anggota
keluarga yang luhur dan sahabat-sahabatnya yang mulia, dan kepada semua
generasi yang datang sesudah mereka dari pada tabiin dan pengikut para tabiin,
serta siapapun yang mengikuti jalan hidup (manhaj) mereka dari kaum salaf
bersama seluruh generasi mukmin hingga hari kiamat.
Cukup? Belum! Masih ada lagi. Cinta pada
orang beriman yang mengharuskan kita mencintai semua 'pekerjaan' yang mendekatkan
kita pada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Jadi cinta pada Allah harus
turun pada orang dan pekerjaan. Orang-orang itu terdiri dari Nabi dan semua
orang beriman. Pekerjaan itu terdiri dari semua amal shaleh.
Begitu hirarkinya. Semua cinta kita yang lain
hanya akan menjadi lurus kalau ia menyesuaikan diri dengan hirarki ini. Cinta
pada istri-istri dan anak-anak dan sanak saudara dan handai taulan dan sahabat
karib dan rumah-rumah dan mobil-mobil dan harta-harta dan semua hanya akan
menjadi lurus jika ia berada dalam ruang besar yang bernama cinta pada Allah
swt. Perasaan kita harus ditata dalam struktur cinta seperti itu.
Cinta misi adalah sebuah ruang besar tanpa
batas. Semua cinta yang lain harus disusun secara proporsional dalam ruang besar
itu. Tidak mudah, memang. Tapi ini lah sumber keharmonisan jiwa manusia. Hanya
ketika emosi tertata secara apik dalam hararki cinta misi, kita menemukan
pemaknaan yang hakiki terhadap semua aliran emosi kita yang lain. Persis
seperti anak-anak sungai yang mengalir sendiri-sendiri: pada mulanya menyatu
dihulu, lalu tampak berpencar ditengah, tapi kemudian bertemu lagi dimuara.
Dengan cara itu Al Banna memaknai cintanya
pada Allah dan dakwah. Suatu saat anaknya terbaring sakit. Panasnya meninggi.
Istrinya panik. Beliau sendiri sedang melakukan aktivitas dakwah. Tapi sang
istri memanggilnya pulang. Ia tidak kuat sendiri menghadapinya. Ia khawatir
terjadi sesuatu pada anak mereka. Tapi sang dai menjawab enteng: “Ajalnya ada
di tangan Allah. Kedatanganku tidak akan menambah atau menguranginya.”
Serial Cinta - Anis Matta
Ref : http://serialcinta.blogspot.com
Image : http://dkwek.com