Kelezatan ruhani itulah sumber energinya.
Disana makna-makna penerimaan, keberartian, keterhormatan, keberanian hati,
merasuk ke serat-serat jiwa dan melapangkan serta meluaskannya sampai ia tampak
sebagai karpet merah nan empuk ditengah gurun luas yang tersambung dengan kaki
langit.
Itulah kelezatan ruhani yang dirasakan Khalid dari kecamuk perang, atau Utsman saat berinfak, atau Umar saat mengantar gandum ditengah malam pada rakyat miskin, atau Sayyid Quthub menjelang digantung. Kelezatan ruhani itu adalah ledakan kegembiraan yang mendengung di cakrawala kedaran batin kita. Orang-orang tidak menyaksikannya. Tapi mereka merasakan penampakannya.
Itulah kelezatan ruhani yang dirasakan Khalid dari kecamuk perang, atau Utsman saat berinfak, atau Umar saat mengantar gandum ditengah malam pada rakyat miskin, atau Sayyid Quthub menjelang digantung. Kelezatan ruhani itu adalah ledakan kegembiraan yang mendengung di cakrawala kedaran batin kita. Orang-orang tidak menyaksikannya. Tapi mereka merasakan penampakannya.
Maka seorang ahli ibadah mengatakan: “Seandainya para raja
mengetahui kelezatan yang kita rasakan dalam ibadah ini mereka pasti akan
menyiksa kita untuk merampas kelezatan itu.”
~ Anis Matta ~